Kamis, 19 September 2013

Poetry 6

Kepulan asap Smoker

 

 

 

Sang Fajar membisikkan lantunan lagu damai di telinga Sang awan

Basahnya batu karena tangisan mendung mulai mengasap


Aku mau hidup seribu tahun lagi

Aku masih mau menulis diatas secarik kertas putih dengan tinta hitam

Aku masih ingin berteduh di balik payung ketika hujan mendera

Aku masih ingin berdoa di saat aku terjerembab

Dan aku masih ingin menghirup oksigen di kala aku membuka mata


Kini aku bersama mereka

Dalam keramaian hingar bingar sudut kota

Nyala lampu disko masih tak henti berkedip

Jajaran baris bermacam alkohol masih tetap bervariasi

Poster berwarna-warni semakin menguasai jalanan

Serta kepulan mendung yang gelap selalu melambaikan tangan padaku

Juga pemantik api yang selalu bersemayam di saku

Saat nikotin mulai sesekali tersenyum ramah

Dan tar juga siap memberikan kenyamana


Siapa yang tau?

Dan siapa yang tak ragu?

Ketika pita bea cukai bernada lembut

Seolah-olah menjadi pemandu arah jalan surga

Seakan-akan tak ada beban setelah aku mempercayainya

 

Awan menggelayut

Nyaliku menciut

Kebebalan yang dulu membeku kini memuai

Memuai akan panasnya rayuan label dengan berderet tembusan

Kini semua bahagia

Nikotin dan tar bertepuk tangan setelah mencetak keberhasilan

Issue-issue yang krusial kini telah terbuktikan

Lemahnya antibodi devisa negara kini telah terobatkan

Rasa kontinuitas kini telah aku tanggalkan

Dada sang pemberi pilihan telah terbusungkan


Kini mereka telah berhasil

Emphysema dan Bronchitis telah setia menjadi bayang-bayangku

Dan hanyalah penyesalan yang semakin santun padaku


ML_Donkey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar