Poetry 6
Kepulan asap Smoker
Sang Fajar membisikkan lantunan lagu damai di telinga Sang awan
Basahnya batu karena tangisan mendung mulai mengasap
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Aku masih mau menulis diatas secarik kertas putih dengan tinta hitam
Aku masih ingin berteduh di balik payung ketika hujan mendera
Aku masih ingin berdoa di saat aku terjerembab
Dan aku masih ingin menghirup oksigen di kala aku membuka mata
Kini aku bersama mereka
Dalam keramaian hingar bingar sudut kota
Nyala lampu disko masih tak henti berkedip
Jajaran baris bermacam alkohol masih tetap bervariasi
Poster berwarna-warni semakin menguasai jalanan
Serta kepulan mendung yang gelap selalu melambaikan tangan padaku
Juga pemantik api yang selalu bersemayam di saku
Saat nikotin mulai sesekali tersenyum ramah
Dan tar juga siap memberikan kenyamana
Siapa yang tau?
Dan siapa yang tak ragu?
Ketika pita bea cukai bernada lembut
Seolah-olah menjadi pemandu arah jalan surga
Seakan-akan tak ada beban setelah aku mempercayainya
Awan menggelayut
Nyaliku menciut
Kebebalan yang dulu membeku kini memuai
Memuai akan panasnya rayuan label dengan berderet tembusan
Kini semua bahagia
Nikotin dan tar bertepuk tangan setelah mencetak keberhasilan
Issue-issue yang krusial kini telah terbuktikan
Lemahnya antibodi devisa negara kini telah terobatkan
Rasa kontinuitas kini telah aku tanggalkan
Dada sang pemberi pilihan telah terbusungkan
Kini mereka telah berhasil
Emphysema dan Bronchitis telah setia menjadi bayang-bayangku
Dan hanyalah penyesalan yang semakin santun padaku
ML_Donkey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar