Poetry 4
Sekotak Harapan Si Upik
Sudah kah kau mendengar kabar akan kedatangannya, kawan?
Berita yang mulai jadi warna bibir
Barisan horison yang mulai berjajar
Sorot mercusuar yang menyeruak
Dan deburan ombak yang mulai meninggi
Salahkah bila si upik berteman dengan iri dengki?
Apakah buruk bila ia memiliki khayalan itu?
Dan apakah dosa bila ia terkadang ingin sepertinya?
Itu hanya umbaran kata andai
Upik hanya menunggu jawaban pasti
Bukan hanya sekadar janji
Apa yang kau lakukan saat aku pergi?
Apa yang kau bayangkan saat aku lari?
Dan apa yang kau rindukan saat aku mati?
Cuaca semakin memanas
Kebodohan semakin mengganas
Cahaya tawa semakin terkuras
Wabah penyakit dusta makin mengeras
Dan hujaman cibir semakin deras
Aku ingin kembali
Tapi ragaku sudah mati
Jiwaku telah pergi
Sudah tiada arti
Hanya harapan yang membebani
Akan rayuan sang putri
Kini istana kian menjelma menjadi pencakar langit
Kini pasir menjelma menjadi tusukan duri
Bahkan kini sang hijau menjelma menjadi api supernova
Dan si upik kini menjelma menjadi seorang putri
Saat kata andai mulai berevolusi menjadi kata pasti
Ia selalu menggumam, "Aku ingin kembali"
Dan saat semua telah terjadi
Ia kembali berkata, "Aku ingin kembali
Namun saat ini
Ia hanya bisa tersenyum kecil, "Untuk apa semua ini?"
ML_Donkey
Tidak ada komentar:
Posting Komentar