Senin, 16 September 2013

Poetry 4

Sekotak Harapan Si Upik


Sudah kah kau mendengar kabar akan kedatangannya, kawan?

Berita yang mulai jadi warna bibir

Barisan horison yang mulai berjajar

Sorot mercusuar yang menyeruak

Dan deburan ombak yang mulai meninggi


Salahkah bila si upik berteman dengan iri dengki?

Apakah buruk bila ia memiliki khayalan itu?

Dan apakah dosa bila ia terkadang ingin sepertinya?


Itu hanya umbaran kata andai

Upik hanya menunggu jawaban pasti

Bukan hanya sekadar janji

Apa yang kau lakukan saat aku pergi?

Apa yang kau bayangkan saat aku lari?

Dan apa yang kau rindukan saat aku mati?


Cuaca semakin memanas

Kebodohan semakin mengganas

Cahaya tawa semakin terkuras

Wabah penyakit dusta makin mengeras

Dan hujaman cibir semakin deras


Aku ingin kembali

Tapi ragaku sudah mati

Jiwaku telah pergi

Sudah tiada arti

Hanya harapan yang membebani

Akan rayuan sang putri


Kini istana kian menjelma menjadi pencakar langit

Kini pasir menjelma menjadi tusukan duri

Bahkan kini sang hijau menjelma menjadi api supernova

Dan si upik kini menjelma menjadi seorang putri


Saat kata andai mulai berevolusi menjadi kata pasti

Ia selalu menggumam, "Aku ingin kembali"

Dan saat semua telah terjadi

Ia kembali berkata, "Aku ingin kembali

Namun saat ini

Ia hanya bisa tersenyum kecil, "Untuk apa semua ini?"


ML_Donkey

Tidak ada komentar:

Posting Komentar